Dilematika UN telah berakhir, hari ini adalah ahri
dimana ditentukannya nasib siswa yang telah duduk lama tiga tahun di bangku
sekolahnya. Sudah terlihat kerumunan anak-anak SMA di pinggir-pinggir jalan,
mereka bersiap-siap mau corat coret baju, wujud dari kebahagian mereka yang
lulus, ada juga yang menanti dengan mata yang berlinang, karena takut jika
tidak lulus, dan harus mengikuti ujian susulan paket.
Yang jelas ujian telah selesai, menanti hasil dari
usaha dan doa yang telah dilakukan. Harapan lulus dan mendapat nilai baik
adalah tujuannya, karena niat untuk menuju PTN pasti menjadi cita-cita. Ntah
itu doktri kalau PTN menjamin kesejahteraaan atau memang hanya menjadi tren
masa lampau yang massih mengakar sampai jaman sekarang ini.
Klasifikasi atas ketidaklulusan siswa SMA/MA dan SMK
nasional tahun ini adalah mereka yang memiliki standar di bawah dari penetapan
oleh Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP). Adapun penetapannya, nilai
akhir paling rendah adalah 5,5 dan setiap mata pelajaran paling rendah mendapat
nilai 4,0.
Apa masih mau masalah angkakah kita dinilai pandai?
Apa karena angka 5,5 kah kita harus lulus? Sepertinya memang ada kesalahan
dalam sistem pendidikan kita. Kemaren sudah jelas curhatan Nurmillaty Abadiah, jyang menilai bahwa ini
terlalu sulit dan begitu banyak celah untuk berbuat kecurangan.
Sayang sekali anak yang memiliki minat belajar
melukis diberikan pelajaran berhitung yang menurut anak ini tidak disukai.
Selayaknya, pendidikan kita ini tertuju pada minat anak belajar apa, bukan mau
kita jadikan apa ini anak, melainkan anak ini mau jadi apa.
Ada Sebanyak 7.811 siswa SMA/MA dan 1.159 siswa
tingkat SMK se-Indonesia dipastikan tidak lulus Ujian Nasional (UN) 2014 yang
dilaksanakan pada 14-16 April 2014 lalu. Jumlah ini menurun dibandingkan dengan
tahun lalu. Apa ini yang diharapkan oleh pendidikan kita? Tiga tahun belajar
dibangku yang sama, belajar bersama, tapi kenapa tidak semua lulus. Ini adalah
bukti, bahwa siswa tidak memiliki kemampuan yang sama, tapi kenapa dengan beban
soal yang diberikan sama. Teringat lagi dengan Nurmillaty Abadiah yang mengutarakan
kemampuan teman-teman nya yang di ujung negara kita, cara pengajaran yang
berbeda, sudah pastihasilnya juga berbeda, tapi saya heran kenapa dengan bobot
soal yang sama, kenapa tidak diberikan hak penuh kepada sekolah untuk
memberikan ujian kepada siswanya.
0 Komentar untuk "UN Telah Berakhir"
Bagaimana Pendapatmu? Silahkan isi komentarmu. Terimakasih