Dianggap sesat membuat keluarga Adinda hidup
berpindah-pindah. Berbekal karunia Tuhan yang memeberikan suara merdu, Adinda
ikut ekskul Qosidah, Namun ternyata itu tidak mudah, karena Ayah Adinda
melarang dengan terang-terangan apa yang akan dilakukan Adinda.
Fajrul sebagai teman sekelas Adinda selalu
memberikan dorongan dan semangat, sehingga Adinda bisa ikut MTQ, dimana Adinda
berharap dengan mengikuti lomba tersebut, martabat keluarga bisa diangkat,
namun lagi-lagi ayanya melarang keras apa yg akan Adinda lakukan, akan tetapi
Adinda dengan sembunyi-sembunyi tetap mengikuti MTQ
Bukan berarti tidak ada halangan ketika
mengikuti MTQ itu, ternyata Adinda memiliki penyakit asma yg sering kali
kambuh, itu membuat Adinda harus membawa alanya untuk dibawa guna mengobati
ketika asmanya kambuh. Mungkin karena sering kali mendengan ada kejanggalan
dirumahnya, Adinda masuk rumah dengan mengendap-endap dan mendengar ada
pembicaraan mengenai kesesatan, Adindapun kaget, apa maksud dari
kesesatan itu, dan menanyakan kepada kakanya, "memangnya kita ini nyasar
kemana mas" pertanyaan Adinda nan polos kepada kakaknya.
Ada cara tersendiri dari orang tua adinda yakni
pak Faisal dengan melakukan pendekatan berbasis kepentingan, dengan menjodohkan
anaknya dengan kyai terkemuka di desa Adinda sekarang tinggal supaya diterima
di kampung sekarang yang di tinggali, karena beberapa kali keluarga Faisal
harus berpindah-pindah karena pengusiran dari warga.
Faisal bukan berarti tidak mendapat tekanan
dari kelompoknya sendiri, kelompoknya sendiri meminta bahwa kita harus melawan,
bukan harus diam dan selalu terusir.Diasingkan dan dicap sesat menjadikan
Keluarga faisal dan rekannya menjadi penuh dengan ketakutan, karena penerimaan
masyarakat tentang perbedaan yang kurang.
Adinda memang tidak mendapatkan
bullying di sekolah karena keyakinan orang tuanya yang dianggap sesat. Tetapi
tekanan dia dapatkan dan berujung pada ketakutan. Hal itu terlihat sangat jelas
waktu Adinda selalu mengkonsumsi obat penenang sebelum mengaji dalam lomba MTQ
tersebut.
Sering kita tidak memperhatikan
hal tersebut, anak belum paham apa yang terjadi, tetapi harus menanggung
akibatnya. Tetapi dalam film ini setidaknya tergambar jelas, bahwa anak adalah
korban berlapis, dari komunitas yang lebih besar, juga dari keluarganya
sendiri.
Adinda tetap bersikukuh untuk
bisa mengikuti MTQ karena ingin mengangkat martabat keluarga, namun niat itu
diketahui oleh kakaknya dan akhirnya dilarang kembali oleh ayahnya. Dalam satu
kemspatan kakanya menawarkan untuk melantunkan ayat suci Al-Qur'an saat acara
lamaran kakaknya, namun orang tua tetap bersikeras melarangnya, disaat acara
lamaran dimulai dan dipersilahkan untuk pembacaan ayat suci Al-Qur'an Adinda
dengan tegas bahwa Adindalah yang melantunkan ayat suci itu.
Untuk leebih jelasnya silahkan Nonton di bioskop kesayangan anda 11 Juni 2015
0 Komentar untuk "Bicara Tentang film Ayat-ayat Adinda"
Bagaimana Pendapatmu? Silahkan isi komentarmu. Terimakasih