
Ada yang berpendapat
bahwa ada dua tipe manusia yang ‘dua tipe ini memiliki jarak yang sangat jauh.
Tipe pertama mengikuti aliran simple, yang kedua mengikuti aliran ruwet. Untuk
mempermudah penjabaran mengenai dua tipe tersebut penulis berusaha
mengistilahkan dengan cerita pendek sebagai berikut:
“ Ada si Acong (nama samaran)
sebagai tipe simpel, acong ini orangnya berpikir simple atau mudah. Ketika
Acong belanja tape recorder acong langsung saja berlagak paham atas semua
cara-cara bagaimana mengoperasikan tape
recorder itu, sebelumnya pedagang merasa perlu menjelaskan bagaimana
cara mengoperasikan dan bagaimana sistem garansi yang berlaku jika tape
recorder tersebut rusak, mengingat karena acong ini pengikut aliran simple,
dengan bergaya sok taunya acong berucap “saya sudah paham dan bisa
mengoperasikan alat ini” ketika pulang acong menoperasikan alat tersebut, akan
tetapi booom langsung berasap dan rusak. Hari itu juga acong ke toko saat acong
membeli barang tersebut dan berujar minta garansi, dengan mudahnya penjual
berucap, anda tadi mau saya jelaskan mengenai cara pemakaian dan sistem garansi
tapi anda bilang sudah paham, jadi mohon maaf, garansi tidak berlaku. Ini
contoh aliran simple yang berakibat fatal.
“ Ada si Memed ( nama samaran) si memed ini
penganut aliran ruwet, atau kritisisme, sama sama belanja tape recorder, karena
si memed ini orang yang ruwed, memed menanyakan mulai dari harga cara pembelian, cara pembayaran, cara
pengoperasian dan garansi, karena ruwetnya, si pedagang sampai merasa lelah
untuk menjelaskan semua pertanyaan si memed. Memed melakukan itu didasarkan
karena memed menginginkan informasi dengan jelas dari pedagang, supaya memed tidak
merasaadirugikan. Karena keruwetan memed, memed bisa mengoperasikan dan
memaksimalkan alat tersebut”.
Dua cerita si acong dan
si memed di atas bisa digambarkan dengan peristiwa-peristiwa sekarang ini,
orange beranggapan kalau tidak sepemahaman yang dia pahami, maka orang tersebut
telah salah dan boleh untuk dihakimi.
Kini mulai tersa betapa
mudahnya orang menghakimi pendapat dan keyakinan orang, padahal hak dan
kebebasan berkeyakinan telah diatur oleh undang-undang yang berlaku. Tapi
kenapa seolah-olah undang0undang tersebut tidak berlaku? Apakah ada kepentingan
politik dalam membuat undang-undang tersebut. Terus dimana peran Negara ini
dalam menangani ujar kebencian pada saat-saat ini. Baik ujar kebencian sekte
beragama, atau ujar kebencian oleh elit politik.
Rasulullah pun pernah
bersabda, “Seseorang tidak dikatakan kuat karena dapat membanting
lawan-lawannya. Tapi, orang yang kuat adalah dia yang mampu menahan emosinya
saat marah.” (HR. Bukhari)
0 Komentar untuk "Hati-hati Dengan Ucapanmu"
Bagaimana Pendapatmu? Silahkan isi komentarmu. Terimakasih