Sahid

Buah Pikiran dan Uneg-uneg

Hati-hati Dengan Ucapanmu

Bukankah sudah dijelaskan berkali-kali bawah kita hidup sebagai umat Nabi Muhammad yang harus mengikuti jejak kehidupan beliau, jika beliau pemaaf dan santun kita pun harus bisa menjadi pemaaf dan santun. Bukan malah berujar kebencian mengkafirkan dan bahkan menghalalkan darah manusia yang tidak sepemahaman dengan mereka.
Ada hal beberapa pendapat yang menjadikan kenapa kebebsan beragama dan berkeyakinan kekinian ini mulai dipertanyakan. Mulai dari presiden kita, sampa pada idiologi-idiologi pemahaman yang jumud, sehingga menjadikan pemahaman menjadi sempit dan merubah enjadi radikalisme.
Ada yang berpendapat bahwa ada dua tipe manusia yang ‘dua tipe ini memiliki jarak yang sangat jauh. Tipe pertama mengikuti aliran simple, yang kedua mengikuti aliran ruwet. Untuk mempermudah penjabaran mengenai dua tipe tersebut penulis berusaha mengistilahkan dengan cerita pendek sebagai berikut:
            “ Ada si Acong (nama samaran) sebagai tipe simpel, acong ini orangnya berpikir simple atau mudah. Ketika Acong belanja tape recorder acong langsung saja berlagak paham atas semua cara-cara bagaimana mengoperasikan tape  recorder itu, sebelumnya pedagang merasa perlu menjelaskan bagaimana cara mengoperasikan dan bagaimana sistem garansi yang berlaku jika tape recorder tersebut rusak, mengingat karena acong ini pengikut aliran simple, dengan bergaya sok taunya acong berucap “saya sudah paham dan bisa mengoperasikan alat ini” ketika pulang acong menoperasikan alat tersebut, akan tetapi booom langsung berasap dan rusak. Hari itu juga acong ke toko saat acong membeli barang tersebut dan berujar minta garansi, dengan mudahnya penjual berucap, anda tadi mau saya jelaskan mengenai cara pemakaian dan sistem garansi tapi anda bilang sudah paham, jadi mohon maaf, garansi tidak berlaku. Ini contoh aliran simple yang berakibat fatal.
   Ada si Memed ( nama samaran) si memed ini penganut aliran ruwet, atau kritisisme, sama sama belanja tape recorder, karena si memed ini orang yang ruwed, memed menanyakan mulai dari harga  cara pembelian, cara pembayaran, cara pengoperasian dan garansi, karena ruwetnya, si pedagang sampai merasa lelah untuk menjelaskan semua pertanyaan si memed. Memed melakukan itu didasarkan karena memed menginginkan informasi dengan jelas dari pedagang, supaya memed tidak merasaadirugikan. Karena keruwetan memed, memed bisa mengoperasikan dan memaksimalkan alat tersebut”.
Dua cerita si acong dan si memed di atas bisa digambarkan dengan peristiwa-peristiwa sekarang ini, orange beranggapan kalau tidak sepemahaman yang dia pahami, maka orang tersebut telah salah dan boleh untuk dihakimi.
Kini mulai tersa betapa mudahnya orang menghakimi pendapat dan keyakinan orang, padahal hak dan kebebasan berkeyakinan telah diatur oleh undang-undang yang berlaku. Tapi kenapa seolah-olah undang0undang tersebut tidak berlaku? Apakah ada kepentingan politik dalam membuat undang-undang tersebut. Terus dimana peran Negara ini dalam menangani ujar kebencian pada saat-saat ini. Baik ujar kebencian sekte beragama, atau ujar kebencian oleh elit politik.
Rasulullah pun pernah bersabda, “Seseorang tidak dikatakan kuat karena dapat membanting lawan-lawannya. Tapi, orang yang kuat adalah dia yang mampu menahan emosinya saat marah.” (HR. Bukhari)
0 Komentar untuk "Hati-hati Dengan Ucapanmu"

Bagaimana Pendapatmu? Silahkan isi komentarmu. Terimakasih

 
Copyright © 2014 Sahid - All Rights Reserved
Template By Catatan Info